Judul: The Geography
of Genius
Penulis: Eric Weiner
Penerjemah: Barokah Ruziati
Penerbit: Qanita (2016)
Halaman: 575p
Beli di: Gramedia Slamet Riyadi, Solo
Apa yang pertama kali terlintas ketika
mendengar kata genius? Albert Einstein? IQ di atas 140? Pemenang hadiah
Nobel?
Buku ini mengajak kita untuk sejenak
memperluas pandangan kita mengenai kegeniusan. Sang penulis, Eric Weiner,
membawa kita bertualang mengunjungi tempat-tempat yang dianggap sebagai
tempat-tempat kegeniusan. Genius kreatif lebih tepatnya. Weiner menapak tilas
tempat-tempat asal orang-orang yang tidak hanya pandai secara intelektual, tapi
juga mampu menciptakan ide-ide baru yang menakjubkan.
Perjalanan Weiner dimulai dari Athena
kuno, berlanjut ke Hangzhou periode Dinasti Song, Florence, Edinburgh,
menyeberang ke Kolkata, singgah ke Wina hingga berakhir di Silicon Valley. Ya,
dari jutaan tempat di dunia, hanya sebagian kecil saja yang menjadi tempat
semburan kreativitas dan kegeniusan. Apa pasal? Apakah karena iklim dan
lingkungan di sana? Atau karena makanannya? Seringkali jawabannya tidak seperti
yang kita duga.
Weiner menulis buku ini dengan gaya
yang ringan, humoris, namun mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa kegeniusan
berikut latar belakangnya dengan jelas. Saya jadi ingin selalu membalik
halaman-halamannya karena penasaran plus merasa dimanjakan oleh deskripsi
tempat-tempat yang disinggahi Weiner. Saya bisa membayangkan keadaan periode
kegeniusan yang diceritakan dan efek sampingnya jadi baper kepengen travelling.
*senggol Suami*
Weiner juga menyisipkan berbagai
referensi ilmiah berupa penelitian-penelitian psikologi dan sosial dalam
bukunya. Karena terbiasa dengan crosscheck ilmiah, saya senang melihat
bagaimana Weiner melakukan riset mendalam untuk tulisannya. Meski bukan orang
humaniora, saya lumayan paham lho. Hehe π
Beberapa nama yang disebutkan dalam buku ini telah kita kenal: Aristoteles, Michaelangelo, Mozart, Rabindranath Tagore, Freud, hingga Steve Jobs; tapi ada lebih banyak lagi yang jarang terdengar gemanya, seperti Thucydides dan Shen Kuo. Meski mereka mempunyai keahlian di bidang yang berbeda, tumbuh dan berjaya di tempat berbeda, pun punya banyak kekurangan sebagai manusia, sepak terjang dan kisah hidup mereka membawa pelajaran yang sama, yang terus diulang-ulang di sepanjang buku ini.
Seorang
genius bukan orang yang tak pernah gagal, malah mereka lebih sering gagal
dibandingkan orang kebanyakan. Tapi mereka tidak takut gagal. Mereka merangkul
kegagalan. Mereka juga tahu dengan tepat mengapa, bagaimana, dan di mana mereka
gagal, sehingga mereka tidak akan membuat kegagalan di tempat yang sama.
2 comments:
Kerernπππ
Kerernπππ
Post a Comment